Jumat, 09 Desember 2016

Novi Amelia Dinas Sosial Beri Tenggat Waktu 21 Hari untuk Keluarga Jemput

Novi Amelia kini berada di panti sosial milik Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ada tenggat waktu selama 21 hari bagi kerabat yang hendak menjemput Novi.


Novi berada di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 1 Kedoya, Jakarta Barat. Kini keluarga Novi masih punya waktu menjemput.



"Kalau di Panti Sosial Bina Insan maksimal 21 hari. Sebelum itu, bisa saja keluarganya menjemputnya, karena yang punya hak merawat adalah keluarganya," kata Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Mursidin, kepada detikcom, Jumat (9/12/2016).





Novi memang ditemukan dan dijemput polisi di wilayah Jakarta Selatan, yakni di Tebet. Sesudah itu, Novi diserahkan ke Dinsos Jakarta Selatan dan akhirnya dibawa ke PSBI Bangun Daya 1 Kedoya, Jakarta Barat. Lalu apa yang terjadi bila tak ada keluarga yang menjemput Novi sampai lebih dari 21 hari berlalu?



"Kita akan rujuk ke panti yang sesuai. Ada panti sosial asuhan anak, panti jompo, panti sosial bina remaja, panti sosial bina karya, panti sosial tuna netra, atau panti sosial khusus untuk korban narkoba di Cawang," kata Mursidin.



Penentuan panti mana yang sesuai untuk Novi ditentukan lewat identifikasi dan pembinaan lebih lanjut. Yang jelas, petugas Dinas Sosial menangani Novi dengan baik. 



"Sesuai Standard Operating Prosedure, kita terima dan kita layani dengan baik," kata dia. 



Sebelumnya, Novi dilaporkan warga karena tingkah polahnya kelewat mengganggu. Pada Kamis (8/12) pukul 17.00 WIB sore kemarin, dia berteriak-teriak di pinggir Jalan Tebet Barat Dalam Lima. Pukul 18.00 WIB, polisi menggelandangnya ke kantor polsek Tebet. Pukul 23.00 WIB, Novi sampai di PSBI Bangun Daya 1 Kedoya, Jakarta Barat.

Sabtu, 05 November 2016

Jokowi Dikritik Tak Temui Massa Demo 4 November Ada Apah?


Presiden Jokowi tak menemui massa demo 4 November kemarin. Kritik pun datang untuk Jokowi.

"Pak Jokowi sudah menciptakan citra orang yang dekat kepada publik. Namun saat demonstrasi yang sudah diumumkan sejak beberapa minggu yang lalu justru Presiden melakukan kegiatan lain yang terkesan menghindar. Ini sangat disayangkan," ujar pengamat militer dari Universitas Pertahanan Salim Said pada diskusi dengan tema 'Setelah 4-11' di restoran Boplo, Jalan Gereja Theresia, Jakarta Pusat, Sabtu (5/11/2016).



Salim melanjutkan bahwa alasan mengenai ketidakhadiran Presiden untuk menemui demonstran sangat tidak bisa diterima. Karena menurutnya Presiden adalah orang yang paling bisa memuaskan aspirasi massa pendemo tersebut.

"Kepada mafia seperti Aguan saja beliau menemui, PKL ditemui, saya pun pernah bertemu. Namun pihak keamanan beralasan beliau tidak ada helikopter yang tidak bisa menembus kerumunan massa. Padahal ini sangat krusial," tambahnya.

Penjelasan Presiden Jokowi mengenai kemungkinan demonstrasi yang kemungkinan ditunggangi juga menimbulkan perdebatan. Salim merasa hal tersebut sama seperti yang dialaminya pada saat Orde Baru.

"Sedihnya dengan cepat jam 00.00 WIB Pak Jokowi meyebut demo ditunggangi politisi. Ini seperti orde baru, seperti kita yang biasa pada 60-an selalu disebut ditunggangi. Saya sedih mengapa Pak Jokowi menggunakan klise lama. Ini akan menimbulkan pertanyaan politikus mana yang seperti itu," tegasnya. 

Jokowi Sebut Aktor Politik Tunggangi Demo 4 November yang berujung rusuh


Presiden Jokowi menyebut demo 4 November yang berujung rusuh ditunggangi aktor politik. Cagub DKI Agus Harimurti Yudhoyono menanggapi pernyataan itu.

"Saya pikir kita semua menyaksikan apa yang terjadi kemarin. Marilah kita berpikir jernih menggunakan akal sehat. Saya mengimbau tidak baik melakukan prasangka-prasangka," ujar Agus usai acara Festival Budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur, Sabtu (5/11/2016).



Agus mengatakan pemimpin seharusnya bisa menyelesaikan masalah dengan cepat. Jangan sampai upaya penyelesaian masalah malah menimbulkan masalah baru.

"Yang jelas setiap isu harus diselesaikan dengan baik, dengan profesional, dengan cepat, serta dengan urgensi yang ditunjukan," ujar Agus.

"Jangan sampai suatu permasalahan berlarut-larut dan belum selesai, solusi belum hadir. Sudah menciptakan masalah berikutnya," imbuhnya.

Foto Provokator Serang Petugas dengan Bambu Runcing Foto-foto kerusuhan 4 November 2016

Foto-foto kerusuhan 4 November 2016 dipamerkan polisi ke publik. Salah satunya, foto seorang laki-laki melakukan penyerangan terhadap aparat dengan bambu. Ini contoh upaya provokasi massa.

Pria yang mengenakan kemeja batik warna hijau dan putih dan celana jeans warna biru itu bagai dibakar amarah saat berhadapan dengan aparat yang mengenakan tameng. Dia membawa bambu runcing yang digunakannya untuk menyerang aparat.



"Bentuk-bentuk kekerasan, penyerangan dengan bambu runcing di Merdeka Barat, korbannya petugas. Salah satu bentuk kekerasan. Seorang laki-laki yang melakukan penyerangan dengan bambu runcing kepada petugas di Jalan Medan Merdeka Barat," ungkap Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar sambil memamerkan foto pria itu dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Sabtu (5/11/2016).

Menurut Boy, aparat juga diserang dengan botol dan bambu. "Ini yang kami minta untuk tidak dilakukan. Sudah ada maklumat dan imbauan tidak boleh bawa barang membahayakan. Ini momen provokasi yang dilakukan terus menerus atau elemen-elemen yang lain dengan sengaja untuk menciptakan kerusuhan. Kami sangat menyesalkan ini terjadi," ujar Boy.

Boy menegaskan kepolisian menghormati hak-hak masyarakat untuk berdemonstrasi. Kepolisian juga bersedia mengawal dengan baik.

"Ternyata niatnya bukan unjuk rasa, tapi niatnya menyerang petugas. Barikadenya juga makin dirusak. Mereka ingin masuk, mendekat ke Istana dan sebagainya. Ini tidak dibenarkan," kata Boy.

Ada Aktor Politik di Balik Kericuhan 4 November 2016 Kemarin



Presiden Joko Widodo menyebut adanya aktor politik dibalik kericuhan demonstrasi 4 November 2016 kemarin.

Pengamat Politik Hendri Satrio menilai Presiden Jokowi telah mendapat informasi mengenai hal tersebut.

"Namun pernyataan ini memang membuat misteri politik baru yang membuat masyarakat menebak-nebak," kata Hendri ketika dikonfirmasi Tribunnews.com di Jakarta, Sabtu (5/11/2016).

Hendri mengatakan Presiden Jokowi seharusnya hanya berbicara mengenai tuntutan pendemo. Bukan malah menambah misteri melemparkan teka-teki politik.

"Walaupun mungkin itu adalah strategi untuk meredam aksi dan membuat sadar demonstran agar membubarkan diri dan tidak membiarkan diri mereka ditunggangi," kata Hendri.

Menurut Hendri, pernyataan Presiden Jokowi membuat suhu politik tetap hangat. Padahal ia melihat presiden menginginkan suasana dingin.



"Belum dingin seperti yang dia inginkan saat jumpa Prabowo waktu itu," kata Hendri.

Presiden Joko Widodo menyebut ada aktor politik dibalik terjadinya aksi unjuk rasa yang berujung pada aksi anarkis.

"Tapi kita menyesalkan kejadian pada ba’da Isya, yang seharusnya sudah bubar tetapi menjadi rusuh. Dan ini kita lihat telah ditungganggi oleh aktor-aktor politik yang memanfaatkan situasi," ujar Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (5/11/2016) dini hari.

Padahal, Presiden Jokowi telah memerintahkan kepada Wakil Presiden, Menkopolhukam dan jajaran terkait untuk menerima perwakilan aksi unjuk rasa dan aspirasi telah diserap oleh Pemerintah.

"Sebelumnya, saya telah memerintahkan Wakil Presiden untuk menerima perwakilan unjuk rasa, yang didamping Menko Polhukam, Mensesneg, Menteri Agama, Seskab, Kapolri, dan Panglima," kata Jokowi.

Meski demikian, Jokowi menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para Ulama yang mampu menjaga aksi unjuk rasa dari pagi hingga Maghrib secara damai.